Jumat, 11 Februari 2011

PENDEKATAN KONSELING CLIENT CENTERED THERAPY

A. Latar Belakang Munculnya Teori

Pendekatan yang berkisah tentang manusia berdasarkan pada konsep psikologi humanistic, banyak yang diucapkan oleh Rogers pada awal 1940an. Asumsi dasar Rogers adalah bahwa orang – orang yang penting untuk dipercaya, mereka memiliki potensi yang luas untuk memahami diri mereka sendiri dan memecahkan masalah – masalahnya sendiri tanpa intervensi langsung pada bagian penerapi, dan mereka mampu dalam pertumbuhan secara langsung jika mereka terlibat dalam hubungannya dengan terapi tertentu.

Dari awal Rogers menekankan sikap dan sifat – sifat pribadi penerapi dan kualitas hubunganya dengan klien dengan penerapi seperti factor utama yang menentukan hasil proses terapi. Dia memindahkan hal – hal posisi sekunder seperti pengetahuan penerapi yang terdiri dari teori dan tehnik. Kepercayaan ini dalam kapasitas klien untuk perlakuan yang berbeda dengan banyaknya teori yang menunjukkan tehnik penerapi sebagai alat yang paling kuat yang menuntun untuk berubah (Tallman dan Bohart, 1999). Dengan jelas, Rogers merombak bidang psikoterapi dengan mengusulkan teori yang berkisah tentang klien sebagai alat untuk perubahan diri (Bozart, Zimring, dan Tausch, 2002).

B. Hakekat Manusia.

1. Manusia pada dasarnya baik dan penuh dengan kepositifan.

2. Manusia mempunyai kemampuan untuk membimbing, mengatur dan mengontrol dirinya sendiri.

3. Setiap individu dalam dirinya terkandung motor penggerak.

4. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dan menyesuaiakan diri, serta mempunyai dorongan yang kuat kea rah kedewasaan dan kemerdekaan.

C. Perkembangan Kepribadian Manusia.

Kepribadian manusia terdiri dari tiga unsur :

  1. Organisme adalah merupakan keeluruhan dan kesatuan individu dan mempunyai sifat-sifat tertentu.
  2. Lapangan Fenomenal adalah keseluruhan pengalaman individu yang sifatnya sadar atau tidak sadar.
  3. Self adalah bagian yang berdiferensiasi dari lapangan fenomenal yang terdiri atas pola-pola pengamatan yang sadar serta nilai-nilai dari aku sebagai subyek dan obyek.

D. Pribadi yang Sehat.

Apabila klien mampu mengembangkan kepribadiannya berfungsi secara penuh, artinya klien tampil utuh dihadapan orang lain tanpa kepura-puraan yang dibuat-buat, klien tampil apa adanya

E. Pribadi yang Tidak Sehat.

Apabila klien dalam kehidupannya mengembangkan kepura-puraan dan bertopeng sebagai bentuk pertahanan diri dari ancaman. Hal ini dapat menghamat untuk tampil utuh di hadapan orang lain dan dalam usahanya menipu orang lain, ia menjadi asing terhadap dirinya sendiri.

F. Kondisi Perubahan

1. Tujuan Konseling

a. Memberi kesempatan dan kebebasan klien untuk mengekspresikan perasaan-perasaannya, berkembang dan terealisir potensinya.

b. Membantu individu untuk sanggup berdiri sendiri dalam mengadakan integrasi dengan lingkungannya, dan bukan pada penyembuhan tingkah laku itu sendiri.

c. Membantu individu dalam mengadakan perubahan dan pertumbuhan.

2. Peranan Konselor.

a. Konselor tidak memimpin, mengatur atau menentukan proses perkembangan konseling, tetapi hal tersebut dilakukan oleh klien itu sendiri.

b. Konselor merefleksikan perasaan-perasaan klien, sedangkan arah pembicaraan ditentukan oleh klien.

c. Konselor menerima klien dengan sepenuhnya dalam keadaan seperti apapun.

d. Konselor memberi kebebasan pada klien untuk mengeksperiskan perasaan-perasaan sedalam-dalamnya dan seluuas-luasnya.

3. Pengalaman Klien

Perubahan terapi tergantung pada persepsi pengalamannya sendiri di dalam terapi maupun sikap dasar konselor. Jika konselor menciptakan iklim yang kondusif pada pembenahan diri. Klien memiliki kesempatan untuk memeriksa tingkat pengalamannya, yang meliputi perasaan, perilaku, dan keseluruhan. Nantinya menjadi sketsa umum dari pengalaman saat diterapi. Alasan klien yang mencari terapi adalah rasa ketidakberdayaan, ketidak mampuan, dan tidak bisa membuat kepuasan pada kehidupannya langsung. Lewat terapi, orang akan mencari aspek – aspek yang tersimpan dari dalam diri mereka. Seperti perasaan klien yang yang dipahami dan diterima, pembelaan dirinya itu penting, dan mereka menjadi lebih terbuka dengan pengalamannya. Orang–orang yang dalam terapi menjadi menghargai diri mereka diri, dan perilakunya menunjukkan lebih fleksibel dan lebih kreatif. Mereka menjadi lebih berorientasi untuk menemui harapan lain, makanya mereka mulai berperilaku lebih benar.

  1. Hubungan antara Konselor dan Klien

Letak kekuatan CCT adalah pada help relationship yang personal, kondisi hubungan yang dapat membantu perubahan kepribadian klien, antara lain :

a. Adanya hubungan psikologis antara konselor dan klien.

b. Adanya pernyataan incongruence oleh klien.

c. Adanya penryataan congruence oleh konselor.

d. Adanya uncoditional positive regard dan pemahaman yang empatik dari konselor terhadap klien.

e. Adanya persepsi klien terhadap konselor positive regard dan pemahaman empatik.

G. Mekanisme Perubahan.

1. Tahapan Konseling.

a. Klien datang sendiri pada konselor untuk meminta bantuan.

b. Penentuan situasi yang cocok untuk memberikan bantuan oleh konselor.

c. Konselor menerima, mengenal dan memperjelas perasaan negative klien.

d. Konselor memberikan kebebasan klien untuk mengemukakan masalahnya.

e. Apabila perasaan negative itu dinyatakan seluruhnya, secara berangsur timbul perasaan positif.

f. Konselor menerima, mengenal memperjelas perasaan positif klien.

g. Pada diri klien timbul pemahaman tentang diri sendiri.

h. Pemahaman yang lebih jelas pada diri klien tentang kemungkinan menentukan kepuasan dan berbuat.

i. Timbul inisiatif pada diri klien untuk melakukan perbuatan yang positif.

j. Adanya perkembangan lebih lanjut dalam diri klien tentang pemahaman terhadap diri sendiri.

j. Timbul perkembangan tindakan yang positif dan integrative pada diri klien.

k. Klien secara berangsur-angsur merasa tidak membutuhkan lagi.

2. Teknik Konseling.

a. Acceptence (penerimaan )

b. Respect (rasa hormat )

c. Understanding ( mengerti, memahami)

d. Reassurance ( menentramkan hati, meyakinkan )

e. Encounragement ( dorongan )

f. Limited Questioning ( pertanyaan terbatas )

g. Reflection (memantulkan pertanyaan dan perasaan )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar