Rabu, 23 Februari 2011

Materi-materi Unduhan Pilihan

001 Al Fatihaah.zip
002 Al Baqaraah.zip
003 Al Imran.zip
004 Annisa.zip
005 Al Maidah.zip
006 Al An'am.zip
007 Al 'Araf.zip
008 Al Anfal.zip
009 At Taubah.zip
010 Yunus.mp3
011 Hud.mp3
012 Yusuf.mp3
013 Ar Ra'ad.mp3
014 Ibrahim.zip
015 Al Hijr.zip
016 An Nahl.zip
036 Yaasiin.zip
2 gagal dan bangkit lagi.mp3
3 susu dan sepotong roti.mp3
4 kakek berusia 10 tahun.mp3
5 apapun yang terjadi patut disukuri.mp3
6 bibit yang tak bisa bertunas.mp3
7. Pengembangan dan analisis soal.ppt
Analisis Soal UN.docx
B.04 PENDALAMAN MATERI2010(1).ppt
B.04 PENDALAMAN MATERI2010.ppt
Baca Cerpen_api_merah_saga.zip
Baca Cerpen_bunda_duduk_bercerita.zip
Baca Cerpen_habis_gelap_terbitkah_terang.zip
Baca Cerpen_hujan_panas_di_desa_narawi.zip
Baca Cerpen_liontin_yang_bergoyang.zip
Baca Cerpen_mencari_simin.zip
Baca Cerpen_pejuang_berpulang.zip
Bahan Ajar Bahasa Indonesia VII SMT 1.doc
Bahan Ajar Bahasa Indonesia VII SMT 2.doc
Bahan Ajar Bhs. Indonesia Kelas VIII Semester 2.doc
Bahan Ajar Bhs. Indonesia Kelas VIII Smt 1.doc
Bahan Ajar Materi Pelajaran Bahasa Indonesia.doc
Cara Aman Ber-Fb 4Shared.doc
EVALUASI PEMBELAJARAN.doc
GAMES N PICTURES.zip
I LIKE GIRAFFES! [www.keepvid.com].zip
ILMIAH populer.warna.ppt
Juz Amma'.zip

KOREKSI UAS.II.0910 FLASH.xls
Kumpulan Standar Pendidikan.zip
Lapaoran Hasil Ujian Nasional 2010.zip
LESSON PLAN 7-1.doc
Makalah Penilaian.doc
Media Pembelajaran Bhs. Inggris.zip
Menjaga Lisan.MP3






Presentasi Makalah Penilaian.ppt
program BK .zip
READING.zip
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN.doc
RPP 8 sm 2.doc
RPP kelas IX Smtr 2.doc
RPP kelas VII Smtr 1.doc
RPP kelas VII Smtr 2.doc
RPP kelas VIII Smt 1.doc
RPP Kelas VIII Smt 2.doc


SILABUS B.INDO KLS IX Unggahan.doc
SILABUS B.INDO KLS IX Unggahan_2.doc
SILABUS B.INDO KLS VIII FINAL.doc
SILABUS KLS VII ungggahan.doc
SKL UN 2011.docx
SKL+UN+2011.doc
Soal Bahasa Indonesia.doc
Standar Kompetensi Lulusan.doc

SYLABUS. VIII-1&2.docx
SYLLABUS VII SEM 1karakter.doc
Tabel Kelulusan 10.11.xls
Takbir.mp3
Tausyah Aa Gym Seri 1.zip
Tausyah Aa Gym Seri 2.zip
Tausyah Aa Gym Seri 3.zip
Tausyah Aa Gym Seri 4.zip
Tausyah Aa Gym Seri 5.zip
Tausyah Aa Gym Seri 6.zip
Tausyah Aa Gym Seri 7.zip
Tips dan Strategi Penulisan Artikel-pp.ppt
U_Kumpulan_Cerita_Rakyat_Indonesia.zip

Jumat, 11 Februari 2011

RET

A. Konsep Dasar

Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional.

Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari kata-kata yang digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.

Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.

  1. Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.
  2. Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
  3. Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.

Selain itu, Ellis juga menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus me­lawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects; E) psi­kologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional.

Sebagai contoh, “orang depresi merasa sedih dan ke­sepian karena dia keliru berpikir bahwa dirinya tidak pantas dan merasa tersingkir”. Padahal, penampilan orang depresi sama saja dengan orang yang tidak mengalami depresi. Jadi, Tugas seorang terapis bukanlah menyerang perasaan sedih dan kesepian yang dialami orang depresi, melainkan me­nyerang keyakinan mereka yang negatif terhadap diri sendiri.

Walaupun tidak terlalu penting bagi seorang terapis mengetahui titik utama keyakinan-keyakinan irasional tadi, namun dia harus mengerti bahwa keyakinan tersebut adalah hasil “pengondisian filosofis”, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang muncul secara otomatis, persis seperti kebiasaan kita yang langsung mengangkat dan menjawab telepon setelah mendengarnya berdering.

B. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah

Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah, didalamnya merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional.

Adapun ciri-ciri berpikir irasional adalah :

  1. Tidak dapat dibuktikan
  2. Menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu
  3. Menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif

Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara rasional disebabkan oleh:

  1. Individu tidak berpikir jelas tentang saat ini dan yang akan datang, antara kenyatan dan imajinasi
  2. Individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain
  3. Orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional yang diajarkan kepada individu melalui berbagai media.

Indikator sebab keyakinan irasional adalah:

  1. Manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan
  2. Banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat, dan kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan dihukum
  3. Kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai malapetaka, bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya
  4. Lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha untuk menghadapi dan menanganinya
  5. Penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan bahwa individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan penderitaan emosional tersebut
  6. Pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada saat sekarang
  7. Untuk mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk merasakan sesuatu yang menyenangkan memerlukan kekuatan supranatural\
  8. Nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu.

Menurut Albert Ellis juga menambahkan bahwa secara biologis manusia memang “diprogram” untuk selalu menanggapi “pengondisian-pengondisian” semacam ini. Keyakinan-keyakinan irasional tadi biasanya berbentuk pernyataan-pernyataan absolut. Ada beberapa jenis “pikiran­-pikiran yang keliru” yang biasanya diterapkan orang, di antaranya:

1. Mengabaikan hal-hal yang positif,

2. Terpaku pada yang negatif,

3. Terlalu cepat menggeneralisasi.

Secara ringkas, Ellis mengatakan bahwa ada tiga ke­yakinan irasional:

1. “Saya harus punya kemampuan sempurna, atau saya akan jadi orang yang tidak berguna”:

2. “Orang lain harus memahami dan mempertimbang­kan saya, atau mereka akan menderita”.

3. “Kenyataan harus memberi kebahagiaan pada saya, atau saya akan binasa”.

C. Tujuan Konseling

  1. Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan sel-actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif.
  2. Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa marah.

Tiga tingkatan insight yang perlu dicapai klien dalam konseling dengan pendekatan rasional-emotif :

  1. Insight dicapai ketika klien memahami tentang tingkah laku penolakan diri yang dihubungkan dengan penyebab sebelumnya yang sebagian besar sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang diterima (antecedent event) pada saat yang lalu.
  2. Insight terjadi ketika konselor membantu klien untuk memahami bahwa apa yang menganggu klien pada saat ini adalah karena berkeyakinan yang irasional terus dipelajari dari yang diperoleh sebelumnya.
  3. Insight dicapai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hembatan emosional kecuali dengan mendeteksi dan melawan keyakinan yang irasional.

Klien yang telah memiliki keyakinan rasional terjadi peningkatan dalam hal :

(1) minat kepada diri sendiri,

(2) minat sosial,

(3) pengarahan diri,

(4) toleransi terhadap pihak lain,

(5) fleksibel,

(6) menerima ketidakpastian,

(7) komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya,

(8) penerimaan diri,

(9) berani mengambil risiko,

(10) menerima kenyataan.

Ellis berulang kali menegaskan bahwa betapa pentingnya “kerelaan menerima diri-sendiri”. Dia mengatakan, dalam RET, tidak seorang pun yang akan disalahkan, dilecehkan, apalagi dihukum atas keyakinan atau tindakan mereka yang keliru. Kita harus menerima diri sebagaimana adanya, menerima sebagaimana apa yang kita capai dan hasilkan. Dia mengkritik teori-teori yang terlalu menekankan kemuliaan pribadi dan ketegaran ego serta konsep-konsep senada lainnya.

Menurut Ellis, memang ada alasan-alasan tertentu kenapa orang mengedepankan diri atau egonya, yaitu kita ingin menegaskan bahwa kita hidup dan dalam keadaan baik-baik saja, kita ingin menikmati hidup, dan lain se­bagainya. Akan tetapi, jika hal ini dilihat lebih jauh lagi, ternyata mengedepankan diri atau ego sendiri malah me­nyebabkan ketidaktenangan, seperti yang diperlihatkan oleh keyakinan-keyakinan irasional berikut ini:

- Aku ini punya kelebihan atau tak berguna.

- Aku ini harus dicintai atau orang yang selalu diperhatikan.

- Aku harus abadi.

- Aku harus jadi orang baik atau orang jahat.

- Aku harus membuktikan diriku.

- Aku harus mendapatkan apa pun yang saya inginkan.

Ellis berpendapat bahwa evaluasi-diri yang keterlaluan akan menyebabkan depresi dan represi, sehingga orang akan mengingkari perubahan. Yang harus dilakukan manusia demi kesehatan jiwanya adalah berhenti menilai-nilai diri sendiri. Ellis tampaknya agak skeptis akan keberadaan diri yang “sebenarnya” seperti yang diyakini Homey atau Rogers . Dia sangat tidak sepakat dengan gagasan tentang adanya konflik antara diri yang teraktualisasi dengan citra diri yang dituntut masyarakat. Menurutnya, diri me­nurut seseorang dan diri menurut masyarakat bukannya saling bertentangan, sebaliknya saling topang.

Dia juga tidak sepakat dengan gagasan yang menyata­kan bahwa ada kesatuan transpersonal daIam diri atau jiwa. Agama Buddha, umpamanya, bisa berjalan baik tanpa adanya gagasan ini. Dia juga tidak percaya akan adanya alam bawah sadar mistis seperti yang diajarkan berbagai tradisi atau psikologi transpersonal yang dikemukakan ilmu psikologi. Dia menganggap keadaan kejiwaan semacam ini lebih bersifat tidak otentik ketimbang transenden. Di lain pihak, dia menganggap pendekatannya lahir dari tradisi kuno kaum Stoik dan didukung oleh pemikiran filo­sofis, terutama pemikiran Spinoza. Dia juga melihat adanya kemiripan tertentu antara pendekatannya dengan eksisten­sialisme dan psikologis eksistensial. Artinya, pendekatan apa pun yang menempatkan tanggung jawab ke pundak diri individual beserta keyakinan yang dipegangnya lebih mirip dengan pendekatan RET-nya Ellis ini.

D. Deskripsi Proses Konseling

  • Konseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh konselor dan klien.
  • Tugas konselor menunjukkan bahwa masalahnya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran-pikiran yang tidak rasional serta usaha untuk mengatasi masalah adalah harus kembali kepada sebab-sebab permulaan.

Operasionalisasi tugas konselor :

(a) lebih edukatif-direktif kepada klien, dengan cara banyak memberikan cerita dan penjelasan, khususnya pada tahap awal mengkonfrontasikan masalah klien secara langsung;

(b) menggunakan pendekatan yang dapat memberi semangat dan memperbaiki cara berpikir klien, kemudian memperbaiki mereka untuk dapat mendidik dirinya sendiri dengan gigih dan berulang-ulang menekankan bahwa ide irrasional itulah yang menyebabkan hambatan emosional pada klien;

(c) mendorong klien menggunakan kemampuan rasional dari pada emosinya;

(d) menggunakan pendekatan didaktif dan filosofis menggunakan humor dan “menekan” sebagai jalan mengkonfrontasikan berpikir secara irasional.

Karakteristik Proses Konseling Rasional-Emotif :

  1. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.
  2. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.
  3. Emotif-ekspreriensial, artinta bahwa hubungan konseling yang dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
  4. Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku klien.

E. Teknik Konseling

Pendekatan konseling rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang bersifat kogntif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien. Beberapa teknik dimaksud antara lain adalah sebagai berikut:

Teknik-Teknik Emotif (Afektif)

a. Assertive adaptive

Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.

b. Bermain peran

Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.

c. Imitasi

Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif.

Teknik-teknik Behavioristik

a. Reinforcement

Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). eknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien dan menggantinya dengan sistem nilai yang positif. Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka klien akan menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya.

b. Social modeling

Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.

Teknik-teknik Kognitif

a. Home work assigments,

Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan

Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.

b. Latihan assertive

Teknik untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan tingkah laku-tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-model sosial. Maksud utama teknik latihan asertif adalah :

(a) mendorong kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya;

(b) membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain;

(c) mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri; dan (d) meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri.

PENDEKATAN KONSELING REALITY THERAPY

A. Konsep Dasar

Pada hakekatnya manusia adalah :

1. Unik

2. Dinamis

3. Mempunyai potensi

4. Menentukan nasibnya sendiri

B. Asumsi Perilaku Bermasalah

Menolak konsep adanya sakit mental pada setiap manusia. Perilaku bermasalah hakekatnya terbentuk karena adanya rasa tidak bertanggung jawab terhadap keputusannya.

C. Ciri – ciri Reality

1. Menolak konsep adanya sakit mental pada setiap manusia, tetapi yang ada individu yang tingkah lakunya tidak bertanggung jawab

2. Berfokus pada tingkah laku yang nyata

3. Berorientasi pada keadaan yang akan datang

4. Menekankan betapa pentingnya nilai

5. Tidak menegaskan transfer dalam rangka mencari usaha untuk mencapai kesuksesan

6. Menekankan aspek kesadaran dari klien

7. Menghapus adanya hukuman, lebih menekankan pada disiplin

8. Menekankan konsep tanggung jawab

D. Tujuan Konseling

1. Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri

2. Mendorong klien agar berani bertanggung jawab

3. Mengembangkan rencana-rencana yang nayata dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan

4. Menamkan nilai-nilai untuk mencapai kerpibdian yang sukses / sehat

5. Terapai ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran snediri

E. Hubungan dalam konseling

1. Perlu adanya salaing keterlibatan antara konselor dan klien

2. Perencanaan merupakan esensi darai reality therapy

3. Dalam dembuat kesepakatan harus ada kenyataan yang dapat ditampilkan

4. Klien harus mempertanggung jawabkan tingkah laku yang sudah direncanakan dan disepakati antara konselor dan klien

F. Fungsi Konselor

1. Sebagai fasilitator

2. Sebagai penyalur tanggung jawab

3. Sebagai moralis

4. Sebagai guru

5. Sebagai pengikat janji

G. Teknik – teknik Konseling

1. Role playing

2. Menggunakan humor yang mendorong suasana yang segar dan relax

3. Tidak menjanjikan kepada klien maaf apapun

4. Menolong klien untuk merumuskan tingkah laku apa yang akan diperbuatnya

5. Membuat model-model peranan terapis sebagai guru yang lebih bersifat mendidik

6. Membuat batsan-batasan yang tegas dari straktur dan situasi terapinya

7. Kejutan verbal

8. Ikut terlibat mencari hidup yang lebih efektif

H. Keterbatsan reality therapy

Reality therapy tidak memberikan penekanan yang cukup pada dinamika-dinamika tak sadar dan pada masa lampau individu sebagai salah satu determinan dari tingkah lakunya sekarang

PENDEKATAN KONSELING PSIKOANALISIS

A. Hakekat manusia

  1. Manusia cenderung pesimistik, deterministik, mekanistik dan reduksionistik
  2. Manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatn irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah oleh peristiwa-peristiwa psikoseksual yang terjadi pada masa lalu dari kehidupannya
  3. Tingkah laku manusai :

a). ditujukan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan insting-instingnya,

b). dikendalikan oleh pengalaman-pengalaman masa lampau dan ditentutkan oleh faktor-faktor interpersonal dan intrapsikis.

B. Perkembangan dan Pertumbuhan manusia menurut pandangan teori Psikoanalisis.

1. Pandangan tentang Kepribadian

Tingkatan Kesadaran dibagi menjadi 3 yaitu :

a). Kesadaran :

1). Tingkatan yang memiliki fungsi mengingat, menyadari, dan merasakan sesuatu secara sadar

2). Kesadaran ini memiliki ruang yang terbatas dan tampak pada saat individu menyadari berbagai stumulus yang ada disekitarnya.

b). Ambang sadar

1). Tingkatan kesadaran yang menyimpoan ide, ingatan, dan perasaan yang berfungsi mengantarkan ke tingkat kesadaran.

2). Bukan merupakan bagian dari tingkat kesadaran, tetapi merupakan tingkatan lain yang biasanya membutuhkan waktu beberapa saat untuk menyadari sesuatu

b). Ketidaksadaran

1). Tingkatan dunia kesadaran yang terbesar dan sebagai bagian terpenting dari struktur psikis, karena segenap pikiran dan perasaan yang dialami sepanjang hidupnya yang tidak dapat disadari lagi akan tersimpan di dalam ketidaksadaran.

2). Tingkah laku manusia sebagian besar didorong oleh perasaan dan pikiran yang tersimpan di tingkat ketidaksadaran ini.

2. Struktur Kepribadian

Kepribadian manusia terdiri atas tiga sub sistem, yaitu id, ego dan super ego dengan penjelasan sebagai berikut :

a). Id adalah sistem dasar kepribadian yang merupakan sumber dari dari pada segala dorongan instinktif, khususnya seks dan agresi

b). Ego merupakan aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan individu untuk berhubungan dengan dunia realita

c). Super Ego merupakan sub sistem yang berfungsi sebagai kontrol internal, yang terdiri dari kata hati (apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan) dan Ego-ideal (apa yang seharusnya saya menjadi).

3. Dinamika Kepribadian

a). Psikoanalisis memandang bahwa organisme manusia sebagai sistem energi yang kompleks.

b). Energi beresal dari makanan (energi fisik) yang dapat berubah menjadi energi psikis

c). Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu didistribusikan dan digunakan oleh id, ego, dan super ego

  1. Perkembangan kepribadian individu dari sejak lahir hingga dewasa terjadi dalam fase-fase :

a). Fase Oral

b). Fase Anal

c). Fase Phallis

d). Fase Latent

f). Fase Genital

C. Pribadi Sehat.

Berfungsinya kesadaran individu dalam berperilaku.

D. Pribadi yang Tidak Sehat

Tingkah laku bermasalah disebabkan oleh kekacauan dalam berfungsinya individu yang bersumber pada :

  1. Dinamika yang tidak efektif antara id, ego, dan super ego
  2. Proses belajar yang tidak benar pada masa kanak-kanak.

E. Kondisi Perubahan.

  1. Tujuan Konseling.

Secara Umum adalah :

Membantu klien untuk membentuk kembali struktur karakternya dengan mejadikan hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari oleh klien.

Secara spesifik adalah :

a. Membawa klien dari dorongan-dorongan yang (ketidaksadaran) yang mengakibatkan kecemasan kearah perkembangan kesadaran intelektual

b. Menghidupkan kembali masa lalu klien dengan menembus konflik yang direpres

c. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya.

2. Peran Konselor

a. Peran utama konselor dalam konseling ini adalah membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara yang realistis.

b. Konselor membangun hubungan kerja sama dengan klien dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan.

c. Konselor memberikan perhatian kepada resistensi klien

d. Fungsinya adalah mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran.

3. Hubungan Konselor dan Klien

Dalam konseling psikoanalisis terdapat dua bagian hubungan konselor dengan klien, yaitu

1). Aliansi yaitu sikap klien kepada konselor yang relatif rasional, realistik, dan tidak neurosis (merupakan prakondisi untuk terwujudnya keberhasilan konseling).

2). Tranferensi :

a). Pengalihan segenap pengalaman klien di masa lalunya terhadap orang-orang yang menguasainya yang ditujukan kpd konselor

b). Merupakan bagian dari hubungan yang sangat penting untuk dianalisis

c). Membantu klien untuk mencapai pemahaman tentang bagaimana dirinya telah salah dalam menerima, menginterpretasikan, dan merespon pengalamannya pada saat ini dalam kaitannya dengan masa lalunya.

F. Mekanisme Perubahan.

Teknik-teknik konseling psikoanalisis diarahkan untuk mengembangkan suasana bebas tekanan. Dalam suasana itu klien menelusuri apa yang tepat dan tidak tepat pada tingkah lakunya dan mengarahkan diri untuk membangun tingkah laku baru.

Ada lima teknik dasar dalam konseling psikoanalisis, yaitu :

1. Asosiasi Bebas

Teknik pengungkapan pengalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lampau : klien memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri sendiri.

2. Interpretasi

a). Prosedur dasar yang digunakan dalam analisis mimpi, resistensi, dan transferensi

b). Penjelasan makna tingkah laku yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi, dan transferensi.

Rambu-rambu untuk interprestasi antara lain :

a). Interpretasi disajikan pada saat gejala yg diinterpretasikan berhubungan erat dengan hal-hal yg disadari klien.

b). Interpretasi dimulai dari permukaan menuju hal-hal yg dalam (dialami oleh situasi emosional klien).

c). Menetapkan resistensi atau pertahan-an sebelum menginterpretasikan emo-si atau konflik.

3. Analisis Mimpi

Teknik untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh pemahaman terhadap masalah-masalah yg belum terpecahan.

4. Analisis Transferensi

Teknik mendorong klien untuk menghi-dupkan kembali masa lampaunya dalam konseling

Tujuan :

a). Klien memperoleh pemahaman atas pengalaman pengalaman tak sadar dan pengaruh masa lampau terhadap kehidupan sekarang;

b). Memungkinkan klien menembus konflik masa lampau yang dipertahankan hingga sekarang dan menghambat perkembangan emosinya.

  1. Analisis Resistensi

Resistensi adalah perilaku untuk mempertahankan kecemasan, menghambat pengungkapan pengalaman tak disadari menghambat jalannya atau proses konseling

Analisis Resistensi adalah teknik membantu klien agar menyadari alasan dibalik resistensinya.